Rabu, 30 Januari 2008

KERACUNAN

KERACUNAN

BATASAN
Masuknya racun kedalam tubuh melalui saluran cerna, pernafasan, kulit, mata, suntikan, gigitan ular atau serangga, dan menimbulkan tanda atau gejala klinis

ETIOLOGI
Obat-obatan : Salisilat, asetaminofen, digitalis, aminofilin
Gas toksin : Karbon monoksida, gas toksin iritan
Zat kimia industri : Metil alkohol, asam sianida, kaustik, hidrokarbon
Zat kimia pertanian : Insektisida
Makanan : Singkong, Jengkol, Bongkrek
Bisa ular atau serangga

ERITERA DIAGNOSIS
Onset yang mendadak
Usia biasanya 1-5 th
Riwayat adanya pica atau keracunan sebelumnya
Stres lingkungan yang kuat
Melibatkan sistem organ
Perubahan tingkat kesadaran
Gejala klinis tidak khas untuk penyakit tertentu
Tanda Vital
Takikardia : alkohol, teofilin, amfetamin, kokain, antikolinergik
Bradikardia : Digitalis, barbiturat, kolinergik, narkotik
Takipnea : Amfetamin, karbon monoksida, salisilat
Bradipnea : Etanol, barbiturat, narkotik
Apnea : Botulismus, fosfat organik
Wheezing : Fosfat organik, hidro karrbon
Hipertermia : Salisilat, hidrokarbon, amfetamin, teofilin, antikolinergik
Hipotermia : Barbiturat, fenotiazid, narkotik, etanol
Neuromuskular
Koma : Narkotik, hipnotik sedatif, alkohol, barbiturat, karbon monoksida
Ataksia : Dilantin, benzodiazepin, etanol, barbiturat
Kejang : Teofilin, kamper, amonia, isoniazid, kokain
Reaksi distonik : Fenotiazid, haloperidol
Paralisis : Botulismus, logam berat
Mata
Miosis : Opiat, barbiturat, fenotiazid, fosfat organik
Midriasis : Amfetamin, kokain, antikolinergik
Nistagmus : Dilantin
Kulit
Kering dan hangat : Antikolinergik
Berkeringat banyak : Fosfat organik, amfetamin, jamur, salisilat, kokain
Sianosis : Methemoglobinemia, hipoksia, karbon monoksida
Kemerahan : Antikolonergik, borat, amfetamin
Saluran cerna
Ileus : Antikolonergik, narkotik
Muntah : Teofilin, kaustik, salisilat, besi, keracunan makanan
Retensi urin : Antikolinergik
Bau nafas
Aseton : Aseton, metil alkohol, salisilat
Alkohol : Etanol
Bitter Almond : Sianida
Bawang Putih : Arsen, fosfor, fosfat organik
Buah-buahan : Amil nitrit, metanol
Hidrokarbon : Hidrokarbon ( minyak tanah, terpentin, bensin)
Jengkol : Jengkol

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Berdasarkan kasus pertama
Darah lengkap, analisis gas, osmolalitas serum, elektrolit, urea N, kreatinin, glukosa, transaminase hati
EKG
Foto toraks/ abdomen
Skrining toksikologi untuk kelebihan dosis obat
Tes toksikologi kuantitatif




TERAPI
Prinsip terdiri dari 4 tahap
Suportif
Setelah penilaian kondisi penderita, langkah ABC resusitas harus segera dilaksanakan untuk mempertahankan pernafasan dan sirkulasi yang adekuat, sebelum dilakukan penanganan lain
Jika sumber racun tidak diketahui, atasi gejala yang timbul
1. Depresi pernafasan
Bebaskan jalan nafas
Bantuan nafas dan berikan O2
Beri nalokson (Narcan*) jika diduga overdosis narkotika: flumazenil (Anexate*) jika diduga benzodiazepin
2. Syok
Posisi kaki lebih tinggi dari tempat tidur
Beri cairan untuk menambah volume intravaskular: monitor CVP (bila ada) dan output urin. Obat-obat yang dapat meningkatkan tekanan darah hanya digunakan pada keadaan khusus.
3. Kejang
Diazepam atau klonazepam (Rifotril*)i.v.
Fenitoin i.v. aman jika diberikan perlahan-lahan
Untuk status konvulsivus diatasi dengan anestesia umum
4. Nyeri
Nyeri hebat  gunakan analgetik narkotik
5. Aritmia jantung
Anti-aritmia sesuai dengan kelainan klinis dan EKG
6. Keseimbangan air dan elektrolit
Monitor dan koreksi secara hati-hati
Periksa AGD
Diuresis paksa menggunakan furosemid
7. Hipotermia
Selimut penderita dengan selimut unutk mencegah kehilangan panas. Selimut plastik mungkin lebih efektif tetapi ini dapat membahayakan anak menjadi sulit bernafas

Dekontaminasi (mencegah absorbsi racun lebih lanjut)
Mata/kulit
Basuh dengan air mengalir
Jangan menggunakan antidotum kimia
Terinhalasi
Jauhkan segera dari sumber racun, O2, dan bila perlu pernafasan buatan
Suntikan/gigitan ular
Pasang tourniquet dibagian proksimal, kompres dingin, dan penderita diimobilisasi
Tertelan
Perangsangan muntah
Indikasi
Racun sangat toksik dalam jumlah membahayakan
Menelan racun < 4 jam
Anak sadar dan kooperatif
Kontraindikasi
Keracunan zat korosif, hidrokarbon
Penderita tidak sadar, kejang
Tidak ada refleks muntah
Cara
Rangsang mekanik
Sirup ipekak : dosis 15 mL (anak< 1 th: 10 mL) (onset 20 mnt, kurang disukai karena bau)
Bilas lambung
Tidak sebaik rangsang muntah  pemasangan NGT menimbulkan truma

Tabel . Dosis Arang Aktif
Usia (th) Dosis (g) Pelarut air (mL)
Dewasa
12
10
7
3
1 50 - 100
35 - 75
30 - 65
25 - 50
15 - 30
12,5 - 25 210
150
120
100
65
50

Bubuk arang aktif dikocok dengan air sampai larut
Dosis : 1-2 g/kgbb/dosis, p.o./pipa nasogastrik diberikan setelah pengosongan lambung, paling baik dalam jam pertama keracunan
Dosis dialisis usus : ¼ dosis diatas, tiap 2 jam sampai feses berwarna hitam

Katartik
Indikasi
Bila perangsangan muntah/bilas bilas lambung merupakan kontraindikasi
Menelan preparat lepas lambat atau tabel salut selaput
Kontraindikasi
Menelan zat korosif
Bising usus (-)
Disfungsi ginjal atau gangguan elektrolit
Anak kecil/neonatus
Dosis
Mg/Na sulfat : 250 mg/kgbb/dosis, p.o.atau
Mg sitrat : 4 mL/kgbb/dosis, p.o., diikuti dengan arang aktif

Tabel Dosis Laktulosa
Usia (th) Dosis (mL)
Dewasa
7 – 14
1 – 6
< 1 15 – 45
15
5 – 10
5

Meningkatkan ekskresi racun
Perangsangan diuresis
Dialisis peritoneal/hemodialisis
Hemoperfusi

Antidotum spesifik
Hanya sedikit anti dotum spesifik yang ada (5-10%), tetapi sebaiknya tersedia pada setiap bagian GAWAT DARURAT
1. Asetilsistein (Parvolex*)
Overdosis parasetamol berat, i.v. tidak dilakukan jika kadar parasetamol serum dibawah kadar toksik
Selalu lakukan lambung dan pemberian arang aktif
Jika asetilsistein tidak tersedia  antidotum oral, karbositein
Jangan memberi arang aktif jika menggunakan obat p.o.
2. Adrenalin
Untuk anafilaktik akut digunakan larutan 1:1.000
Untuk edema glotis, encerkan 1:10 dalam larutan NaCl fisiologis i.v. perlahan-lahan


3. Amonium klorida
Asidifikasi urin unutk mempercepat ekskresi amfetamin dan fensiklidin
4. Atropin sulfat
2 mg untuk mengatasi gejala kolinergik karena overdosis insektisida organofosfat dan karbamat, dan beberapa kasus keracunan jamur dimana gejala kolinergik merupakan gejala predominan
Dosis 0,025-0,05 mg/kgbb i.v. setiap 5 mnt sampai penderita mengalami antropinisasi. Selanjutnya setiap 3 jam
5. Kalsium glukonat 10%
Untuk overdosis fluor dan menetralkan spasme otot karena gigitan laba-laba black widow
Untuk hipokalsemia berat. Dosis 0,2 ml/kgbb i.v. perlahan-lahan.
Diulang jika perlu
6. Minyak jarak/kastroli
Untuk keracunan fenol, untuk menghilangkan fenol dari kulit dan mengurangi absorpsi setelah menelan
Dosis 1 mL/kgbb p.o., diikuti dengan Na sulfat
7. Antidotum Sianida
Tri-Pac-Cyano* (Covan Pharmaceutical 012 541-2033) mengandung:
Amil-nitrit 0,3 mL untuk inhalasi
100 ml larutan Na tiosulfat 50% unutk injeksi
Na nitrit 3% untuk injeksi
Cara penggunaan:
Pecahkan tabung amil nitrit diatas kasa/sapu tangan, berikan kepada penderita unutk diinhalasi dengan nafas dalam
Selanjutnya beri 10 mL larutan Na nitrit i.v. dalam 3 mnt, diikuti 5 mnt kemudian dengan 50 mL larutan Na Tiosulfat i.v. (dosis dewasa)
Jika perlu dapat diulang setelah 2 jam
Kelocyanor* (Restan Labs 789-3978) hanya digunakan jika penderita sudah pasti kena racun sianida.
8. Dantrolen
Merupakan pelemas otot yang digunakan untuk hipertermia maligna yang diinduksi oleh anesthesi
9. Desferoksamin (Desferal*)
Vial 500 + 5 mL air steril untuk membuat larutan 10%
Untuk keracunan dan overload zat besi setelah transfusi darah yang berulang
10. Diazepam
Untuk kejang (10 mg/2 mL)
Dosis anak 0,2 mg/kgbb i.v perlahan-lahan
Klonazepam ( Rivotril*) 0,02 mg/kgbb iv pelan
11. Dimerkaprol (BAL )
50 mg dalam 5 mL minyak untuk i.m. pada keracunan air raksa, timah dan arsen.
Harus diberikan dalam 4 jam setelah keracunan.
12. Susu kental (Evaporated milk)
Susu kental atau susu sapi yang tidak diencerkan digunakan sebagai bufer untuk zat korosif yang tertelan
13. Flumazenil ( Anexate * )
Antagonis benzodiazepin : menggantikan benzodiazepin dari reseptornya
Waktu paruh pendek (53mnt)  sering diulang
14. Furosemid
Diuretik untuk edema paru atau overload intravaskular
15. Glukagon
1 mg ampul i.v. untuk meningkatkan gula darah pada koma hipoglikemia (dosis sama dengan dewasa)
16. Lignokain
Untuk henti jantung dan aritmia tertentu
17. Arang aktif (activated chorcoal)
Digunakan sesegera mungkin setelah penderita menelan racun
Biasanya 100 g + 400 mL air untuk dewasa, 50 g + 200 mL air untuk anak
Pada beberapa kasus dosis ulangan dapat diberikan (charcoal gutdyalisis).
18. Methylene blue 1%
Dosis 1 – 4 mg/kgbb i.v.
Untuk methemoglobinemia, jangan diberikan secara s.k., i.m., atau intratekal
19. Susu Magnesia
Sebagai bufer untuk keracunan zat korosif yang tertelan. Merupakan laksatif ringan
20. Nalokson HCL (Narcan-Boots*) (0,4 mg/1 mL/ampul)
Antagonis spesifik untuk narkotik (morfin, heroin, kodein, pentazosin, difenoksilat dan propoksifen)
Ingat banyak obat batuk anak mengandung kodein


Dosis:
0,01 mg/kg i.v., i.m. atau s.k. setiap 2-3 mnt sampai sensorium dan respirasi membaik
Setelah itu setiap 3 jam selama 12-24 jam
Penggunaan pada pencandu narkotik dapat menyebabkan gejala ketagihan berat yang mengancam nyawa
21. Nalokson HCL Neonatal (Narcan Neonatal-Boots) (0,04 mg/2 mL amps)
Dosis : 0,01 mg/kg i.v., i.m. atau s.k. setiap 2-3 mnt sampai terdapat perbaikan respirasi, selanjutnya diberikan setiap 3 jam.
22. Penisilamin (kapsul 250 mg)
Untuk keracunan timah dan tembaga
23. Na Fenitoin (250 mg/5 mL ampul) (Epanutin*)
Untuk kejang dan aritmia tertentu
Dosis anak : 3-5 mg/kgbb i.v. dalam 5 mnt
Dapat diulang hanya 1 kali, setelah 30 mnt, setelah itu dosis rumatan.
24. Na bikarbonat (ampul 1 mmol/mL)
Untuk alkalinasasi urin pada keracunan salisilat, menetralkan asidosis metabolik berat
Dosis tergantung derajat asidosis, biasanya 0,5 – 1 mmol/kgbbi.v. perlahan-lahan

Tidak ada komentar: