Minggu, 20 Januari 2008

Anemia defisiensi besi

Anemia defisiensi besi masih merupakan masalah utama di Indonesia. Hal ini antara
lain disebabkan konsumsi besi heme yang tidak adekuat. Penelitian Lanzkowsky
menunjukkan pada anak yang menderita anemia defisiensi besi terjadi penurunan enzim
1aktase mengakibatkan gangguan toleransi laktosa
Di Indonesia prevalensi anemia defisiensi besi masih cukup
tinggi. Penelitian pada anak golongan ekonomi rendah yang ber-
usia 6 bulan - 6 tahun dengan status gizi baik, menunjukkan
prevalensi anemia defisiensi besi 37,8% - 73%

Faktor diit
memainkan peranan yang penting dalam mempertahankan
cadangan besi dalam tubuh. Pada golongan ekonomi rendah,
makanan terdiri dari serelia dan kacang-kacangan yang
mempunyai koefisien absorpsi besi yang rendah
.
Pada percobaan yang dilakukan pada binatang (anjing)
terjadi penurunan enzim laktase mukosa usus pada keadaan defi-
siensi besi. Penurunan ini menyebabkan terjadinya fenomena
malabsorpsi sekunder
. Enzim laktase berfungsi untuk
menghidrolisis laktosa menjadi glukosa dan galaktosa sebelum
diabsorpsi. Laktosa (gula susu) hanya terdapat di dalam susu

Mengingat anak 1 - 2 tahun masih diberi susu (mengandung
laktosa) dan belum ada data tentang pengaruh defisiensi besi
dan konsumsi zat besi terhadap absorpsi laktosa, maka peneli-
tian ini bertujuan untuk mengetahui defisiensi besi, pola makan
dan hubungannya dengan absorpsi laktosa

Tidak ada komentar: