Jumat, 14 Maret 2008

Kesulitan Belajar pada Anak

Kesulitan Belajar pada Anak


Penulis: Rini Sekartini

KESULITAN belajar sudah ada sejak berabad-abad yang lalu. Beberapa ilmuwan terkemuka pernah mengalaminya, antara lain Thomas Alva Edison, Albert Einstein, dan Hans Christian Anderson. Kejadian ini merupakan bentuk kesulitan belajar yang pertama kali ditemukan.

Kasus ini meliputi banyak aspek, yaitu membaca, menulis, mengeja, dan matematika. Anak yang mengalaminya pasti memiliki kelebihan dibidang lainnya. Karena itu, orang tua perlu memahami anak. Tak hanya melihat kelemahannya, tetapi lebih menonjolkan kemampuan anak di bidang lain. Angka kejadiannya belum diketahui pasti, namun berkisar 5%-10%. Laki-laki yang mengalaminya tiga kali lebih banyak dibanding perempuan.

Umumnya, guru merupakan orang pertama yang dapat mendeteksi kesulitan belajar pada anak karena dapat segera melihat perbedaan kemampuan dan perilaku anak tersebut daripada teman-teman seusianya. Tetapi, terkadang, ada juga orang tua yang bisa mengetahuinya. Kesulitan belajar biasanya terdiagnosis ketika anak sekolah. Hal ini menjadi masalah saat anak berusia delapan tahun atau lebih karena pada usia itu, tuntutan kemampuan akademik sudah lebih tinggi.

Penyebabnya belum jelas, sangat jarang ditemukan kelainan neurologis pada anak dengan kesulitan belajar. Dua faktor yang mempengaruhinya, yaitu genetik sehingga ditemukan angka kejadian laki-laki lebih banyak dibanding perempuan, yang diduga berkaitan dengan efek pada kromosom X. Lalu, faktor lingkungan, seperti dalam kehamilan, persalinan, masa neonatus, serta pencemaran logam berat. Tiap anak bisa menderita satu atau lebih kesulitan belajar yang spesifik. Kejadian yang paling sering dijumpai adalah:

Kesulitan membaca

Gejalanya antara lain sulit membedakan bentuk huruf tertentu, seperti b dan d. Atau tak bisa membaca dengan suara keras, irama yang monoton ketika membaca, cenderung mengikuti tulisan yang hendak dibaca dengan jari. Anak normal biasanya telah mampu membaca pada usia 6-7 tahun.

Pedoman untuk meningkatkan kemampuan membaca anak adalah memilih waktu saat orang tua dan anak dalam suasana nyaman, tidak sedang lelah atau lapar, tanpa gangguan anggota keluarga yang lain, memakai buku pedoman yang sama dengan yang digunakan di sekolah, memilih ruang belajar yang nyaman dengan penerangan yang baik, pada tahap awal anak boleh memakai jari atau pensil untuk mengikuti kata-kata yang dibaca, orang tua dan anak bergantian membaca untuk mengurangi ketegangan, meningkatkan rasa percaya diri anak, serta lebih banyak cerita yang bisa dibaca.

Ketika anak mulai lancar membaca, biarkan dia menyelesaikan bacaan itu sendiri. Waktu yang digunakan jangan terlalu lama, mulai dari 5 menit, dan ditingkatkan bertahap sampai 15 menit. Bila ada yang salah dibaca, jangan segera dikritik, tunggu sampai akhir kalimat. Hindari komentar negati. Jangan cemas bila tahap awal anak membaca dengan irama yang monoton. Pada akhir bacaan, diskusikan isi bacaan tersebut.

Kesulitan mengeja

Keadaan ini ditandai dengan kesulitan bermakna dalam menuliskan kata-kata dengan ejaan yang benar. Hal itu sering dialami bersamaan dengan kesulitan membaca. Pengajaran dimulai dengan kata-kata yang telah dikenal anak. Tiap hari dilatih dengan jumlah kata yang tidak terlalu banyak. Anak diminta membaca serta mengingat kata-kata yang ditulis di kartu dan diminta menuliskannya lagi di kertas kosong. Bila kesulitan, dibantu dengan mendikte tiap hurup. Bila anak berhasil menulis dengan benar berikan pujian.

Kesulitan menulis

Anak tersebut tak mampu berkomunikasi secara tertulis. Kerap ditemukan kesalahan dalam ejaan, tanda baca, dan pemakaian huruf kapital, lalu bentuk huruf yang ditulis sangatu buruk.. Kejadian ini relatif jarang terdeteksi. Anak bersangkutan terkadang bisa menulis dengan lebih baik bila diberikan waktu yang lama.

Kelainan ini bisa akibat gangguan konsentrasi dan pemusatan perhatian, memori visual, dan koordinasi motorik halus. Agar dapat menulis dengan baik, diperhatikan dulu cara duduk yang benar ketika menulis, yaitu duduk tegak, kaki menyentuh lantai, serta kedua lengan di atas meja.

Kesulitan berhitung

Kesulitan ini paling banyak mendapat perhatian. Dalam hal aritmetika, bisa merupakan kelainan tersendiri, atau bagian dari kesulitan belajar yang lain. Cara mengatasinya, metode pengajaran yang digunakan mesti sama dengan yang diajarkan di sekolah agar anak tidak semakin binggung

Tidak ada komentar: