Jumat, 14 Maret 2008

Deteksi Dini dan Tatalaksana Disleksia pada Anak

Deteksi Dini dan Tatalaksana Disleksia pada Anak


Penulis: Rini Sekartini

Disleksia ditandai dengan adanya kesulitan membaca pada anak maupun dewasa yang seharusnya menunjukkan kemampuan dan motivasi untuk membaca secara fasih dan akurat. Disleksia merupakan salah satu masalah tersering yang terjadi pada anak dan dewasa. angka kejadian di dunia berkisar 5-17% pada anak usia sekolah. Disleksia adalah gangguan yang paling sering terjadi pada masalah belajar. Kurang lebih 80% penderita gangguan belajar mengalami disleksia.

Angka kejadian disleksia lebih tinggi pada anak laki-laki dibandingkan dengan perempuan yaitu berkisar 2:1 sampai 5:1. Ada juga yang mengatakan bahwa ternyata tidak terdapat perbedaan angka kejadian antara laki-laki dan perempuan.

Deteksi dini disleksia pada anak

Kesulitan membaca yang tidak diharapkan (kesulitan membaca pada seseorang yang tidak sesuai dengan kemampuan kognitif orang tersebut atau tidak sesuai dengan usia, tingkat kepandaian dan tingkat pendidikan), selain itu terdapat masalah yang berhubungan dengan proses fonologik.

Pada anak usia prasekolah, adanya riwayat keterlambatan berbahasa atau tidak tampaknya bunyi dari suatu kata (kesulitan bermain kata-kata yang berirama, kebingungan dalam menghadapi kata-kata yang mirip, kesulitan belajar mengenal huruf) disertai dengan adanya riwayat keluarga yang menderita disleksia, menunjukkan faktor risiko yang bermakna untuk menderita disleksia.

Pada anak usia sekolah biasanya keluhan berupa kurangnya tampilan di sekolah tetapi sering orangtua dan guru tidak menyadari bahwa anak tersebut mengalami kesulitan membaca. Biasanya anak akan terlihat terlambat berbicara, tidak belajar huruf di taman kanak-kanak dan tidak belajar membaca pada sekolah dasar. Anak tersebut akan makin tertinggal dalam hal pelajaran sedangkan guru dan orangtua biasanya makin heran mengapa anak dengan tingkat kepandaian yang baik mengalami kesulitan membaca.

Walaupun anak telah diajarkan secara khusus, biasanya anak tersebut akan dapat membaca tetapi lebih lambat. Anak tidak akan fasih membaca dan tidak dapat mengenali huruf secara tepat. Disgrafia biasanya menyertai disleksia. Selain itu penderita disleksia akan mengalami gangguan kepercayaan diri.

Penilaian membaca

Membaca dinilai berdasarkan analisis, kefasihan dan pemahaman. Tes yang dapat digunakan untuk menilai fonologi anak adalah Comprehensive Test of Phonological (CTOPP). Tes ini mencakup kepekaan fonologik, analisa fonologik dan menghapal. Tes ini telah distandarisasi di Amerika Serikat untuk anak usia 5 tahun sampai dewasa.

Pada anak usia sekolah salah satu tes yang penting adalah menilai apakah anak tersebut dapat menganalisis kata. Tes yang digunakan adalah Woodcock-Johnson III dan Woodcock Reading Mastery Test. Kefasihan berbicara dinilai dengan Gary Oral Reading Test. Untuk menilai kecepatan membaca suatu kata digunakan Test of World Reading Efficiency (TOWRE).

Sebagai uji tapis bagi para dokter, disarankan untuk mendengarkan dengan seksama saat anak membaca yang sesuai dengan usianya.

Pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan fisis memiliki peran yang sangat terbatas dalam mendiagnosis disleksia. Gangguan sensori primer harus disingkirkan. Pemeriksaan neurologik pada penderita disleksia biasanya normal.

Pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan radiologis, elektroensefalografi dan analisis kromosom hanya dilakukan jika terdapat indikasi klinis. Pada kasus tertentu, pemeriksaan genetik harus dilakukan jika terdapat indikasi klinis. Pada kasus tertentu, pemeriksaan genetik harus dilakukan mengingat terdapat kelainan genetik seperti sindrom Klinefelter yang berhubungan dengan kesulitan bahasa dan mambaca.

Tatalaksana

Tatalaksana disleksia diarahkan pada kehidupan penderita. Pada anak yang masih kecil tatalaksana diarahkan pada perbaikan. Setelah anak semakin besar maka tatalaksana diarahkan pada proses adaptasi.

Program intervensi yang diberikan merupakan faktor-faktor penting dalam membaca yaitu mengajarkan anak untuk memanipulasi fonem dengan huruf, memfokuskan instruksi pada satu atau dua jenis manipulasi fonem, pola pengajaran dalam kelompok kecil, dan instruksi yang sistematis dan eksplisit. Intervensi yang efektif akan mengajarkan anak untuk mengerti bagaimana huruf berhubungan dengan suara dari huruf tersebut serta pola mengeja.

Kefasihan ditunjukkan dengan kemampuan membaca secara oral dengan kecepatan yang cukup, akurat dan ekspresi yang tepat. Kefasihan sangat penting karena membutuhkan pengenalan kata yang ototmatis. Meskipun kefasihan merupakan hal yang sangat penting dalam tatalaksana tetapi sering hal ini dilupakan. Cara yang paling efektif untuk mengasah kefasihan adalah dengan mengulang membaca secara oral dengan bimbingan, hal ini dapat dilakukan dengan bimbingan guru, orang dewasa atau teman sebaya dengan pemberian umpan balik sesudahnya. Umpan balik merupakan hal yang penting dan tidak boleh dilupakan.

Tatalaksana disleksia pada anak usia SMP-SMA serta perguruan tinggi lebih ditujukan pada adaptasi dan penerimaan. Pada anak usia ini biasanya penderita tidak menunjukkan kelainan dalam pengenalan kata tetapi akan mengalami kesulitan dalam membaca sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama. Pada penderita tambahan dalam membaca dan mengerti hal yang dibaca. Selain itu dapat dipergunakan alat bantu tambahan seperti laptop yang dilengkapi program untuk memperbaiki ejaan, penggunaan alat perekam, bantuan tutor serta penggunaan kelas terpisah yang tidak ramai saat hujan. Sangat penting untuk ditekankan bahwa disleksia tidak berhubungan dengan tingkat kepandaian.

Orangtua sangat sering menanyakan mengenai tatalaksana disleksia, tetapi perlu ditekankan bahwa sangat sedikit data mengenai tatalaksana disleksia. Selain itu tatalaksana bukan merupakan terapi sesaat tetapi lebih kepada terapi yang berkesinambungan.

Tidak ada komentar: