Jumat, 14 Maret 2008

Bayi Baru lahir dengan Ibu Bermasalah

Penulis: Fatimah Indarso

SEBAGIAN besar bayi baru lahir (BBL) yang terlahir dari ibu bermasalah tidak menunjukkan gejala sakit saat dilahirkan atau beberapa waktu setelah lahir. Namun, bukan berarti bayi ini aman dari gangguan akibat penyakit yang diderita. Ibu bermasalah berarti menderita sakit sebelum maupun selama hamil, atau saat menghadapi persalinan.

Sebenarnya banyak jenis penyakit yang bisa diderita ibu selama periode itu. Tapi, akan dibahas manajemen BBL dari ibu penderita penyakit yang relatif sering, seperti kecurigaan infeksi dalam kandungan, hepatitis B, tuberkulosis, atau diabetes melitus, dan malaria.

Tanda-tanda ibu yang diduga mengalami infeksi dalam kandungan dan bisa berakibat infeksi atau bakteriemia pada bayinya ialah bila ibu terkena panas lebih atau sama dengan 38 derajat Celcius selama persalinan sampai tiga hari usai persalinan.

Cairan ketuban yang mestinya berwarna putih jernih, menjadi hijau keruh, apalagi berbau busuk. Cairan ketuban pecah 18-24 jam sebelum bayi lahir, atau saat umur kehamilan menginjak 37 minggu. Pada keadaan tadi, BBL rawan terhadap infeksi yang mengancam jiwanya karena dapat terserang infeksi berat.

Perubahan ke arah kondisi yang buruk sangat cepat. Bila ibu mengalami hal ini, sebaiknya melahirkan di pusat pelayanan kesehatan karena BBL perlu memperoleh pemantauan ketat dan obat antibiotik. Apabila lahir di rumah, perlu dikomunikasikan dengan bidan agar mendapat pengobatan.

Pengawasan yang perlu dilakukan keluarga ialah, apakah pernapasan bayi menjadi cepat, mengantuk saja walau dirangsang dengan sentuhan, lemas, suhu tubuh dingin atau kurang dari 36,5 derajat Celcius, panas, muntah setiap kali minum, kembung, atau merintih. Bila ada tanda-tanda itu, sebaiknya cepat dibawa ke pusat pelayanan kesehatan.

Pada ibu hamil penderita hepatitis B dengan hasil pemeriksaan darah HbsAg positif untuk jangka waktu enam bulan, atau tetap positif selama kehamilan dan saat persalinan, maka risiko mendapat infeksi hepatitis kronis pada bayinya sebesar 80-90%.

Komunikasi

Perlu komunikasi aktif antara ibu dan dokter kandungan, dokter anak, atau bidan agar manajemen terhadap BBL cepat dilakukan, yaitu segera setelah bayi lahir, dalam waktu 12 jam, imunisasi aktif hepatitis B segera diberikan.

Bila memungkinkan, dapat disertai imunisasi pasif hepatitis B dalam bentuk Imunoglobulin hepatitis B, dilanjutkan jadwal imunisasi rutin kedua dan ketiga. Pada umur tujuh bulan atau sebulan setelah suntikan ketiga, dilakukan pemeriksaan anti-HBs dan HBsAg. Lalu, pada umur 1, 3, dan 5 tahun. Hasilnya dikomunikasikan dengan dokter anak setempat. Ibu tetap bioleh memberikan ASI, kecuali saat melahirkan, ibu sakit hepatitis akut yang berarti virus banyak beredar di dalam darah hingga masuk ke bayi melalui puting susu jika terluka.

Pada ibu penderita tuberkulosis (Tb) aktif, penularan dapat terjadi sebelum bayi lahir melalui plasenta atau lewat pernapasan setelah bayi lahir. Ibu perlu berterus terang kepada dokter atau bidan karena berhubungan dengan pemberian vaksin BCG.

Bila ibu memperoleh pengobatan Tb belum genap dua bulan, atau didiagnosis Tb setelah melahirkan, bayi jangan divaksin BCG. Mintalah kepada bidan atau dokter anak tentang pencegahan penularan. Biasanya, bayi diberi obat INH. Pada umur delapan minggu, bayi diminta agar diperiksa, apakah ibunya tertular Tb dengan pemeriksaan darah, foto dada, dan tes Mantoux. bila tertular, segeralah diobati. Bila sehat, pencegahan dilanjutkan sampai enam bulan. Pemberian BCG pada dua minggu setelah pemberian INH, ibu boleh memberikan ASI sesuai kebutuhan bayi. Gizi ibu perlu diperhatikan agar kesehatan ibu dan anak terjamin.

Pada ibu penderita diabetes melitus, jauh sebelum hamil , sebaiknya mengusahakan agar kadar gula darah terkontrol, dengan obat atau diet. Komunikasikan dengan dokter penyakit dalam. Apabila kadar gula tidak terkontrol, bayi yang dikandung mempunyai berat di atas ideal BBL pada umumnya. Tentu hal ini dapat menyulitkan proses persalinan yang dapat mengakibatkan trauma lahir, bahkan BBL tak bisa menangis atau bernapas secara spontan dan teratur saat lahir. Kalau kondisi ini berlangsung lama, kelak menimbulkan cacat mental atau fisik.

Pada ibu hamil penderita malaria, bayi yang dikandung dapat mengalami keguguran, prematur, beratnya dibawah ideal, minum bermassalah, demam, anemia, kuning, lahir mati, atau pembesaran hati dan limpa, tergantung kehamilan pada minggu keberapa ibu menderita malaria.

Tidak ada komentar: